Topeng Blantek Salsul

GambarTopeng Blantek berasal dari dua suku kata, yaitu Topeng dan Blantek. Istilah Topeng berasal dari bahasa Cina di jaman Dinasty Ming dari asal kata To dan Peng. To artinya Sandi dan Peng artinya Wara, jadi Topeng itu dapat diartikan Sandiwara. Sedangkan kata Blantek berasal dari bunyi-bunyian musik yang mengirinya, yaitu satu rebana biang, dari dua rebana anak dan satu kecrek yang menghasilkan bunyi “blang blang crek”. Namun karena lidah lokal dalam penyebutannya muncullah istilah Blantek. Selain itu, Blantek juga berasal dari bahasa Inggris, yaitu Blindtexs yang berarti buta naskah. Ada yang mengatakan bahwa permainan Blantek dahulu kala tidak memakai naskah dan sang sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan dimainkan. Mulanya Topeng Blantek berasal dari kesenian tradisi Betawi Topeng dan Blantek. Topeng merupakan kesenian tradisi Betawi yang menggunakan Topeng dengan musik pengiring gamelan. Ceritanya legenda masyarakat Betawi yang menonjolkan kejawaraan dan kepahlawanan. Disebut Topeng karena tokoh pada saat itu menggunakan Topeng dan pembukaannya dimulai dengan Tari Topeng yang bertujuan untuk mengumpulkan penoton. Namun Blantek merupakan permainan rakyat anak pengangon setiap waktu istirahat mereka berdialog menirukan Toniel dan digelar tanpa panggung, gamelan, tapi menggunakan music mulut serta alat perabotan seadanya. Namun seiring dengan berkembangnya Teater Tradisi Betawi, maka Topeng dan Blantek menjadi satu kesatuan yang utuh dan kini disebut Topeng Blantek, yakni perpaduan Topeng dan Blantek. Keberadaan Topeng Blantek berawal dari pemberontakan masyarakat Betawi terhadap politik, penjajah bahkan terhadap seniman Betawi itu sendiri. Keberadaan Topeng Blantek tidak begitu disukai oleh sekelilingnya dan banyak kesalahpahaman terhadap apa itu Topeng Blantek hingga kini. Sehingga kondisi tersebut menimbulkan perbedaan pendapat bahkan permusuhan yang disinyalir oleh sebagian kalangan dianggap sebagai politisasi seni dan persaingan budaya. Hal tersebut mengakibatkan apresiasi masyarakat terhadap Topeng Blantek kurang dikenal, lain halnya Lenong yang dikenal oleh masyarakat. Bahkan berlanjut kepada pemahaman masyarakat bahwa setiap pertunjukan-pertunjukan Teater Tradisi Betawi lainnya selalu saja dianggap oleh masyarakat itu adalah pertunjukan Lenong. Sehingga seiring dengan waktu yang terus berjalan bahwa Topeng Blantek pun berangsur-angsur kalah dan raib digerus dengan keberadaan Lenong. Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa Topeng Blantek menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di tanah Betawi yang menawarkan dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-kata). Dari celotehan tersebut, kemudian menjadi sebuah pertunjukan yang menarik dan asriratif. Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan dari kalangan ahli agamaIslam yang pada akhirnya mempergunakan Topeng Blantek sebagai media penyebaran agama Islam melalui celoteh-celotehan yang sarat pesan dakwah, pendidikan dan penerangan kepada masyarakat. (ziz)

(sumber : skripsi aji warsono fsp ikj jakarta )

Leave a comment